TRIBUN-VIDEO.COM, PALEMBANG - Suasana duka masih nampak menyelimuti keluarga Suwito (43) usai anak keduanya WJ (14) meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama enam hari di ruang ICCU Rumah Sakit RK Charitas Palembang, Sabtu (20/7/2019) WJ adalah salah satu siswa SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia yang diduga menjadi korban kekerasan, ketika mengikuti kegiatan orientasi pada Sabtu (13/7/2019) lalu.
Firli kuasa hukum dari keluarga WJ mengatakan, sebelum dibawa ke rumah sakit, WJ sempat mengaku kepada orangtuanya bahwa ia mendapat penyiksaan selama menjalani masa orientasi.
"Sempat diantar Ibunya mau mandi, terus terlihat banyak lebam di punggung. Orangtuanya kaget, terus ditanyakan tentang itu. Dia jawab, aku digebuk, aku dipukul, perut aku ditendang. Ditanya lagi sama orang tuanya, siapa yang melakukan itu. Dia jawab komandan,"ujar Firli menirukan perkataan WJ.
Menurut Firli, pada 6 Juli 2019 lalu, WJ diantarkan orangtuanya ke sekolah SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia, untuk mengikuti kegiatan orientasi yang berlangsung selama enam hari.
Menempuh pendidikan di sekolah militer memang diimpikan oleh WJ, karena ia ingin menjadi seorang Prajurit TNI setelah lulus sekolah.
"Dia ingin menjadi seorang TNI, sehingga masuk ke sekolah itu,"kata Firli.
Selama menjalani masa orientasi, WJ tak diperkenankan menggunakan alat komunikasi apapun.
Sehingga, baik korban maupun orangtua tak bisa berkomunikasi tanpa seizin pihak dari sekolah.
Namun, hari terakhir orientasi, Nuraina (41) ibu dari WJ mendapatkan telepon dari pihak sekolah yang mengatakan bahwa putranya tersebut menderita demam tinggi.
Padahal, saat diantarkan ke sekolah, WJ tak sedikitpun mengalami sakit atau memiliki riwayat sakit keras.
Nuraina bersama suaminya Suwito (43) yang merupakan Ayah korban langsung menuju ke tempat korban di rawat.
WJ saat itu masih dalam kondisi sadar dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Pihak rumah sakit kemudian mengambil tindakan melakukan operasi di bagian usus.
Sebab, saat itu kondisi perut WJ terbelit karena diduga mengalami kekerasan.
"Sejak operasi, hari Minggu korban tidak sadarkan diri. Dokter memang sudah menyatakan WJ sudah sangat kritis sejak kemarin jam 10.00 pagi. Dokter juga sudah tinggal menunggu keajaiban, tadi malam meninggal pukul 20.00 WIB," kata Firli.
Sebelum WJ, rekan satu angkatannya DJB (14) telah lebih dulu tewas, setelah dianiaya oleh pembinanya sendiri Obby Frisman Arkataku (24).
Dengan meninggalnya WJ, korban tewas akibat orientasi di sekolah tersebut kini telah bertambah menjadi dua orang.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru membentuk tim khusus untuk melakukan ivestigasi terkait kematian dua siswa SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengakuan Korban Orientasi di SMA Taruna Palembang Sebelum Meninggal ", https://regional.kompas.com/read/2019....
Firli kuasa hukum dari keluarga WJ mengatakan, sebelum dibawa ke rumah sakit, WJ sempat mengaku kepada orangtuanya bahwa ia mendapat penyiksaan selama menjalani masa orientasi.
"Sempat diantar Ibunya mau mandi, terus terlihat banyak lebam di punggung. Orangtuanya kaget, terus ditanyakan tentang itu. Dia jawab, aku digebuk, aku dipukul, perut aku ditendang. Ditanya lagi sama orang tuanya, siapa yang melakukan itu. Dia jawab komandan,"ujar Firli menirukan perkataan WJ.
Menurut Firli, pada 6 Juli 2019 lalu, WJ diantarkan orangtuanya ke sekolah SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia, untuk mengikuti kegiatan orientasi yang berlangsung selama enam hari.
Menempuh pendidikan di sekolah militer memang diimpikan oleh WJ, karena ia ingin menjadi seorang Prajurit TNI setelah lulus sekolah.
"Dia ingin menjadi seorang TNI, sehingga masuk ke sekolah itu,"kata Firli.
Selama menjalani masa orientasi, WJ tak diperkenankan menggunakan alat komunikasi apapun.
Sehingga, baik korban maupun orangtua tak bisa berkomunikasi tanpa seizin pihak dari sekolah.
Namun, hari terakhir orientasi, Nuraina (41) ibu dari WJ mendapatkan telepon dari pihak sekolah yang mengatakan bahwa putranya tersebut menderita demam tinggi.
Padahal, saat diantarkan ke sekolah, WJ tak sedikitpun mengalami sakit atau memiliki riwayat sakit keras.
Nuraina bersama suaminya Suwito (43) yang merupakan Ayah korban langsung menuju ke tempat korban di rawat.
WJ saat itu masih dalam kondisi sadar dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Pihak rumah sakit kemudian mengambil tindakan melakukan operasi di bagian usus.
Sebab, saat itu kondisi perut WJ terbelit karena diduga mengalami kekerasan.
"Sejak operasi, hari Minggu korban tidak sadarkan diri. Dokter memang sudah menyatakan WJ sudah sangat kritis sejak kemarin jam 10.00 pagi. Dokter juga sudah tinggal menunggu keajaiban, tadi malam meninggal pukul 20.00 WIB," kata Firli.
Sebelum WJ, rekan satu angkatannya DJB (14) telah lebih dulu tewas, setelah dianiaya oleh pembinanya sendiri Obby Frisman Arkataku (24).
Dengan meninggalnya WJ, korban tewas akibat orientasi di sekolah tersebut kini telah bertambah menjadi dua orang.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru membentuk tim khusus untuk melakukan ivestigasi terkait kematian dua siswa SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengakuan Korban Orientasi di SMA Taruna Palembang Sebelum Meninggal ", https://regional.kompas.com/read/2019....
Siswa SMA Meninggal seusai Diduga Disiksa saat MOS, Korban: Aku Digebuk dan Ditendang camera iphone 8 plus apk | |
1 Likes | 1 Dislikes |
752 views views | 107K followers |
News & Politics | Upload TimePublished on 20 Jul 2019 |
No comments:
Post a Comment