Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUN-VIDEO.COM, PONDOK AREN - Nama Arswendo Atmowiloto tidak bisa dilepaskan dari dunia sastra Indonesia dengan cerita-cerita karangannya yang masih dibaca hingga saat ini.
Meskipun pria bernama asli Sarwendo itu juga besar sebagai wartawan, bahkan sempat memimpin tabloid Monitor dan Hai, namun siapa yang tidak kenal dengan karya monumentalnya semacam "Keluarga Cemara" dan "Canting."
Dalam kepengarangan fiksi, Arswendo lebih dikenal lewat cerpen dan cerita bersambung (cerbung)nya.
Pria yang wafat pada Jumat (19/7/2019) karena kanker prostat itu juga tergolong rajin menulis cerpen di harian Kompas yang biasa memajang cerpen saban Minggu.
Ditemui saat Misa Pelepasan Jenazah Arswendo di Gereja Santo Matius Penginjil, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel), Rrdaktur Sastra Kompas, Putu Fajar Arcana mengungkapkan cerpen terakhir kiriman Arswendo yang belum sempat dimuat.
Fajar mengatakan, sepulang menjenguk Arswendo di rumahnya pada 19 Juni 2019 lalu, ia membuka email yang sudah menumpuk judul-judul cerpen dari para pengarang se-indonesia.
Di antara email tersebut, ia kaget karena mendapati cerpen kiriman Arswendo sejak sebulan sebelumnya, sekira pertengahan Mei. Saat itu Arswendo belum sakit.
"Jadi sebelum sakit, bulan Mei, tanggal 19 Mei, itu masih puasa. Bapak tuh ngirim cerpen, tanpa bilang ke email Kompas," ujar Fajar, Sabtu (20/7/2019).
Ia baca baik-baik cerita itu dan mendapati ada yang berbeda.
Arswendo banyak bicara tentang ketuhanan, dari mulai mengadu hingga memuji-muji kebesaranNya.
Fajar mengatakan, ia baru kali ini membeberkan isi cerpen terakhir Arswendo sebelum kepergiannya.
"Judulnya rahasia, tapi kira-kira Pak Wendo sudah mulai bicara sama Tuhan, jadi dia mungkin sudah merasa ya. Bahwa ada hal yang terjadi dengan tubuhnya. Dia ceritanya sama Tuhan terus, ngomong Tuhan gini Tuhan gitu, terus memuji kebesaran Tuhan, isinya kira-kira gitu," paparnya.
Bagi Fajar, tema tentang Tuhan bukan gaya Arswendo yang biasa. Ia menduga saat itu, penulis skenario sinetron "Ali Topan Anak Jalanan" itu sudah menyadari kematiannya.
"Satu ini yang sangat aneh menurut saya, seperti sudah tahu padahal dia belum sakit," jelasnya.
Sebagai punggawa sastra Kompas, Fajar mengenal betul karakter Arswendo yang kerap menulis dengan tema kehidupan urban.
"Biasanya kan soal-soal urban ya. Dia akrab dengan tema-tema urban. Misalnya tentang gelandangan yang hidupnya sengsara kemudian mendapat rejeki, suka sekali Mas Wendo," ujarnya.
Sebagai contoh, Fajar membahas cerpen terakhir Arswendo yang diterbitkan Kompas pada tahun 2018 berjudul "Jas yang Kawin Dua Kali dan Celana yang Setia."
"Misalnya yang terakhir itu tentang jas gitu, jas itu menjadi simbol kemewahan, eksekutif, itu dimain-mainkan selalu oleh Mas Wendo, tema-tema urban," ungkapnya.
Sebagai sesama pengarang, Fajar mengakui kelincahan Arswendo dalam merangkai kata. Ia disebut memiliki modal bahasa yang bagus.
Cerpen terakhir Arswendo pun akan diterbitkan, namun Fajar belum menyebutkannya kapan.
"Itu mungkin, akan, Kompas akan menerbitkannya," tutup pria yang kerap mengenakan topi fedora itu.
TRIBUN-VIDEO.COM, PONDOK AREN - Nama Arswendo Atmowiloto tidak bisa dilepaskan dari dunia sastra Indonesia dengan cerita-cerita karangannya yang masih dibaca hingga saat ini.
Meskipun pria bernama asli Sarwendo itu juga besar sebagai wartawan, bahkan sempat memimpin tabloid Monitor dan Hai, namun siapa yang tidak kenal dengan karya monumentalnya semacam "Keluarga Cemara" dan "Canting."
Dalam kepengarangan fiksi, Arswendo lebih dikenal lewat cerpen dan cerita bersambung (cerbung)nya.
Pria yang wafat pada Jumat (19/7/2019) karena kanker prostat itu juga tergolong rajin menulis cerpen di harian Kompas yang biasa memajang cerpen saban Minggu.
Ditemui saat Misa Pelepasan Jenazah Arswendo di Gereja Santo Matius Penginjil, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel), Rrdaktur Sastra Kompas, Putu Fajar Arcana mengungkapkan cerpen terakhir kiriman Arswendo yang belum sempat dimuat.
Fajar mengatakan, sepulang menjenguk Arswendo di rumahnya pada 19 Juni 2019 lalu, ia membuka email yang sudah menumpuk judul-judul cerpen dari para pengarang se-indonesia.
Di antara email tersebut, ia kaget karena mendapati cerpen kiriman Arswendo sejak sebulan sebelumnya, sekira pertengahan Mei. Saat itu Arswendo belum sakit.
"Jadi sebelum sakit, bulan Mei, tanggal 19 Mei, itu masih puasa. Bapak tuh ngirim cerpen, tanpa bilang ke email Kompas," ujar Fajar, Sabtu (20/7/2019).
Ia baca baik-baik cerita itu dan mendapati ada yang berbeda.
Arswendo banyak bicara tentang ketuhanan, dari mulai mengadu hingga memuji-muji kebesaranNya.
Fajar mengatakan, ia baru kali ini membeberkan isi cerpen terakhir Arswendo sebelum kepergiannya.
"Judulnya rahasia, tapi kira-kira Pak Wendo sudah mulai bicara sama Tuhan, jadi dia mungkin sudah merasa ya. Bahwa ada hal yang terjadi dengan tubuhnya. Dia ceritanya sama Tuhan terus, ngomong Tuhan gini Tuhan gitu, terus memuji kebesaran Tuhan, isinya kira-kira gitu," paparnya.
Bagi Fajar, tema tentang Tuhan bukan gaya Arswendo yang biasa. Ia menduga saat itu, penulis skenario sinetron "Ali Topan Anak Jalanan" itu sudah menyadari kematiannya.
"Satu ini yang sangat aneh menurut saya, seperti sudah tahu padahal dia belum sakit," jelasnya.
Sebagai punggawa sastra Kompas, Fajar mengenal betul karakter Arswendo yang kerap menulis dengan tema kehidupan urban.
"Biasanya kan soal-soal urban ya. Dia akrab dengan tema-tema urban. Misalnya tentang gelandangan yang hidupnya sengsara kemudian mendapat rejeki, suka sekali Mas Wendo," ujarnya.
Sebagai contoh, Fajar membahas cerpen terakhir Arswendo yang diterbitkan Kompas pada tahun 2018 berjudul "Jas yang Kawin Dua Kali dan Celana yang Setia."
"Misalnya yang terakhir itu tentang jas gitu, jas itu menjadi simbol kemewahan, eksekutif, itu dimain-mainkan selalu oleh Mas Wendo, tema-tema urban," ungkapnya.
Sebagai sesama pengarang, Fajar mengakui kelincahan Arswendo dalam merangkai kata. Ia disebut memiliki modal bahasa yang bagus.
Cerpen terakhir Arswendo pun akan diterbitkan, namun Fajar belum menyebutkannya kapan.
"Itu mungkin, akan, Kompas akan menerbitkannya," tutup pria yang kerap mengenakan topi fedora itu.
Redaktur Sastra Kompas Ungkap Cerpen Terakhir Arswendo Sebelum Wafat: Banyak Bicara Ketuhanan camera iphone 8 plus apk | |
1 Likes | 1 Dislikes |
65 views views | 107K followers |
News & Politics | Upload TimePublished on 21 Jul 2019 |
No comments:
Post a Comment